18 December 2007

Politik Angka

Politik adalah melebih-lebihkan. Jika tidak yah, mengurang-ngurangkan. Ketika salah satu tokoh politik berkampanye misalnya, angka kemiskinan Indonesia dikatakan mencapai 49.5 persen. Memang tidak salah. Hanya saja tokoh tersebut memilih data Bank Dunia, yang kita ketahui memiliki definisi paling ekstrim tentang kemiskinan.

Barangkali itulah yang kemudian membuat gusar Presiden Yudhoyono. Dalam sambutannya pada Peringatan Hari Ibu, Yudhoyono secara tegas menyampaikan angka 49,5 persen tersebut tidak akurat.

Seakan ingin memberikan data yang jujur, Yudhoyono kemudian menyampaikan bahwa dari tahun ke tahun angka kemiskinan menurun. Jika pada 1998 mencapai 24,1 persen, maka pada 2005 telah mencapai 15,9 persen.

Pernyataan Yudhoyono lagi-lagi benar. Tetapi periode yang dipilih bukan selama ia memerintah Indonesia, yang kita tahu pada periode tersebut, angka kemiskinan sebenarnya meningkat.

Melebih-lebihkan dan mengurang-ngurangkan. Itulah politik.

2 comments:

Anonymous said...

yang benar saja angka kemiskinan 49 persen itu melebih-lebihkan?saya rasa kok tidak ya..bank dunia itu menggunakan standar 2 dolar per hari perkapita atau kalau di rupiahkan sekitar 18ribu rupiah perhari per orang..angka yang wajarlah..bandingkan dengan data yang dibuat bps yg kalo tidak salah sekitar 166 ribu rupiah per orang per bulan..atau sehari hanya sekitar 5ribu rupiah per orang...jika definisi kemiskinan adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar( basic need), apakah dengan uang 5000 rupiah per hari per orang bisa dipakai untuk mencukupi kebutuhan dasar? coba kita bandingkan dengan upah minimum kabupaten/kota (UMK)..rata2 umk di seluruh kabupaten di Indonesia sudah diatas 500 ribu rupiah perbulan..padahal angka itu dihitung berdasarkan kebutuhan hidup minimum, bukan kebutuhan hidup layak!makanya banyak buruh yg gak terima dengan UMK yang kecil itu...bandingkan dengan standar kemiskinan yang di buat pemerintah yang "kurang manusiawi" dengan perhitungan sekitar 2100 kalori per kapita perhari..padahal yang namanya makan saja butuh empat sehat lima sempurna..bukan hanya nasi doank!maka .. saya berkesimpulan data yang dibuat bps itu adalah data politis! bukan mencerminkan kehidupan masyarakat yang sebenarnya...biasalah kita emang bangsa yang memiliki integritas rendah..namun sok religius!

Anonymous said...

sangat menarik, terima kasih