17 February 2005

Belajar Ekspor dari Negeri Cina

*| Phone Nuryadin

MENGAGUMKAN! Itulah kata yang pantas diucapkan untuk mengomentari pengumuman angka pertumbuhan ekonomi China bulan lalu. Meski pemerintah China telah berupaya keras mengerem pertumbuhan ekonominya, tetap saja geliat ekonomi mereka belum mampu dikendalikan. Masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya, ekonomi China tahun 2004 diumumkan masih tumbuh tinggi 9,5 persen, jauh melebihi prediksi ekonom pada umumnya.

Dua puluh tahun lalu, China bukanlah apa-apa. Pendapatan per kapita-nya tidak lebih dari rata-rata dunia.

Tapi kini, China telah menjadi salah satu raksasa Asia yang menjadi pesaing utama Jepang. Kesejahteraan rakyatnya pun mengalami peningkatan yang luar biasa. Negara-negara besar seperti Jepang, Amerika dan beberapa negara Eropa bahkan sangat khawatir dengan fenomena tingginya pertumbuhan China. Bagaimana tidak, China saat ini telah menjadi salah satu pengendali perdagangan dunia ketiga terbesar. Produk-produk China mengalami ekspansi yang sangat cepat dan sedikit demi sedikit menekan pangsa pasar produk Amerika dan Jepang.

Tingginya pertumbuhan ekonomi China, yang dimotori ekspor, tentu bukanlah merupakan hasil kerja yang cepat dan mudah. Jauh sebelum semua itu dicapai, pemerintah China telah melakukan upaya keras untuk menyusun strategi dan kebijakan, dengan memanfaatkan keunggulan komparatif yang mereka miliki.

Upaya tersebut dimulai pada tahun 1979, dimana pemerintah China menentukan Special Economic Zones (SEZ’s) atau daerah khusus yang untuk mengembangkan industri yang berbasis ekspor. Di wilayah SEZ’s, pemerintah China memberikan kelonggaran regulasi dan stimulus pajak yang lebih ringan dibanding daerah lainnya.

Peraturan dan prosedur di bidang ekspor dan investasi juga disiapkan sejak dini untuk memudahkan aliran modal dan barang dari dan menuju SEZ’s. Selain itu, China juga memanfaatkan keunggulan komparatif mereka berupa murahnya biaya tenaga kerja (labor cost), dengan berupaya lebih fokus pada pengembangan industri yang labor intensive seperti tekstil dan produk pertanian.

Strategi lain yang juga paling krusial dalam pengembangan ekspor China adalah membina hubungan baik dengan Hongkong. Hubungan dengan Hongkong tidak hanya mampu meningkatkan aliran modal ke China, tetapi juga memudahkan China mengadopsi teknologi baru, mengaplikasikan manajemen yang lebih modern serta menjadi pintu utama China untuk mengkases pasar dunia.

Aliran Investasi pun akhirnya meningkat tajam.
Lalu kebijakan ekspor Indonesia?

No comments: